Kamis, 07 Maret 2019

Mungkin Terkadang Benar, Bahwa Kita Harus Belajar Dari Pengalaman Hidup


Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh

Boleh sedikit bercerita ya blogger, bukan soal akuntansi melainkan mengenai sedikit pengalaman terbaik tentang kehidupan.

Aku ga tau gimana caranya, menyampaikan ribuan rasa syukur ku ke ALLAH tentang segala fase kehidupan yang telah kulalui hari ini, selain mengucapkan Alhamdulillah.

Mungkin orang-orang yang kenal baik dengan aku, pasti sangat paham tentang sifatku yang logic thinking in deep, walau aku perempuan tapi aku bias berpikir sangat logis tapi masih mensinkronkan hati tentunya.

Aku juga ga pernah memulai untuk berpikir negatif karena takut bershuudzon kepada siapapun. Di usia ku yang 24 Tahun aku sangat bersyukur mungkin memiliki pola pikir yang lebih dewasa dari angka usia ku. Karena pola asuhan papa yang luar biasa seperti militer, dank e militansian beliau pun tak perlu ku ragukan lagi.

Untuk setiap fase kehidupan selalu ku syukuri, memiliki keluarga yang baik agamanya walau sudah minus mama, teman-teman terbaik di tempat kerja, dan tentunya di tempat kajian. Aku adalah seorang wanita yang luar biasa logic thinker tapi sangat mudah berempati kepada siapapun. Rasanya, taka da hamba ALLAH yang berhak sedikitpun untuk mendapati kesulitan dalam kehidupan ini.

Dua tahun lalu, aku bercerita bahwa aku sangat ingin menjadi seorang dosen. Kenapa ? jurusan akuntansi itu sangat menggiurkan untuk lapangan pekerjaanya, tapi kenapa harus memilih untuk menjadi seorang pengabdi ilmu itu ?

Mungkin jawaban terbaiknya adalah karena panggilan hati dan panggilan jiwa. Sejak S1 aku selalu bilang bahwa aku harus bias menjadi seorang dosen akuntansi, melanjutkan study S2 dan S3, menjadi seorang istri sholiha dan insya ALLAH menjadikan segalanya baik untuk menuju syurganya ALLAH. Pure hanya untuk akhiratnya ALLAH.

Yang mengenalku pasti paham, tentang seberapa visonernya aku. Aku akan selalu berusaha untuk melakukan segala hal yang terbaik. Mencoba yang terbaik, memotivasi orang-orang dan mengenyampingkan ego ku bahwa kerja di BPK, Kemenkeu, BI dan OJK akan lebih keren dari pada menjadi seorang dosen.

Qodarullah, ALLAH takdirkan aku memiliki pengalaman mengajar di 3 kampus saat usiaku menginjak 23 Tahun masa itu, kampus UMA, AL-Azhar dan Unimed. Aku bersyukur, karena ALLAH muliakan pekerjaan ini, di usia yang masih terlalu muda, antara layak dengan tidak, tetapi memotivasi diri sendiri adalah ciri khas terbaikku. Saat itu aku melamar di lebih dari 10 kampus di kota medan, berjuang sendirian, berusaha karena ALLAH, menjaga idealisme tanpa slogan “orang dalam” yang sangat identik di kota Medan. Aku percaya tentang takdir terbaik dari ALLAH. Hinggan kemudian di 2018 Awal aku di rekrut untuk menjadi Manajemen Eksekutif di Ikatan AKuntan Indonesia Wilayah Sumut dan Alhamdulillah aku mencintai profesi itu.

Mengajar di 3 kampus sekaligus, harus ku akui ada 3 atmosphere yang berbeda, dan Alhamdulillah semuanya memberikan pengalaman terbaik, membaca pola piker setiap orang, melatih kesabaran, membetuk pribadi lebih baik dan aku ngerasa bahwa diriku bias survive karena ALLAH dan aku sangat bersyukur. 2018 awal aku memulai rancangan untuk study ke Birmingham, atau Wolonggong University di Australia. Aku persiapkan, walaupun mungkin belum maksimal. Tetapi Qodarullah 2018 Akhir aku lulus menjadi seorang ASN masih dalam koridor yang sama yaitu sebagai seorang dosen di politeknik negeri Medan. Wahai ALLAH, aku tak pernah tahu tentang takdir2 terbaik ini sebelumnya, tapi aku sangat bersyukur atas segalanya, ku berikan ini untuk papa, sembari mendengarkan isakan tangis harunya untuk anak kecil yang selalu menjadi teman berdebatnya.

Lalu bagaimana dengan study S3 ku ? haruskah ku kubur impianku ? tentu saja tidak, aku percaya suatu hari nanti akan ALLAH izinkan aku untuk memijakkan kaki ku di negeri Eropa, mempelajari AKuntansi Syariah dengan baik, dan akan ku pertanggung jawabkan ilmuku di hadapan ALLAH. (Insyaa ALLAH)

Tak lupa pula pasti yang sedang ku tunggu kedatangan seorang ikhwan muslin yang senantiasa mencintai ALLAH daripada mencintai aku, yang mencintai agama ALLAH, menghormati papa ku, memintaku darinya dengan ahsan tanpa memandang tentang strata, dating saja dahulu, bukankan akan ALLAH muliakan setiap cara yang mulia ? jangan memberikan judgmental bahwa seorang dosen itu terlalu tinggi kriterianya, harus dengan prestisius yang mahal dan lain sebagainya. Padahal seseorang yang sudah ngaji insyaa ALLAH akan sangat memahami bahwa taaruf itu memberikan kemudahan bagi si ikhwan tetapi tidak menjadikan si akhwat menjadi murah.

Tapi aku percaya, tentang segala kebaikan yang senantiasa ALLAH berikan, tentang cita-cita yang ALLAH sampaikan dan muliakan, sekalipun perjuangan itu memang mutlak harus di jalankan. Selamat berjuang dalam fase kehidupan selanjutnya, pengharapan terbaik tetaplah, ku mampu memiliki seorang pendamping hidup yang mampu memuliakan wanita, merawat papa hingga akhir hayatnya, melankutkan S3 ku, merawat generasi penerusku, terus berjuang di jalan Dakwah yang ALLAH Ridhoi. AMinn ALLAHumma aminnn …